Bagaimana pandemi mengubah uangmu – Apa hubungan antara pandemi, inflasi, dan cicilan kreditmu? kisah "Uang Helikopter"

Bayangkan, bahwa ekonomi tiba-tiba terhenti. Perusahaan menutup pintunya, orang-orang kehilangan pekerjaan, dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Begitulah awal pandemi COVID-19. Pemerintah di seluruh dunia menghadapi tantangan besar - bagaimana mencegah kebangkrutan massal dan pengangguran? Jawabannya adalah sesuatu yang disebut ekonom sebagai "Helicopter Money", yaitu penyuntikan uang secara massal ke dalam sirkulasi.

Di Polandia, ini mengambil bentuk paket bantuan krisis, suku bunga nol, dan intervensi Bank Nasional Polandia (NBP), yang membeli obligasi untuk memastikan likuiditas keuangan. Sekilas, semuanya terlihat hebat - perusahaan mendapatkan bantuan, konsumen memiliki uang, dan ekonomi terhindar dari bencana. Tapi apakah benar demikian?

Sekarang, melihat ke belakang, kita melihat bahwa apa yang seharusnya menjadi penyelamatan juga membawa konsekuensi serius - suku bunga nol untuk simpanan, pinjaman yang mahal, dan inflasi yang secara drastis mengurangi daya beli uang kita.

Apa itu M2 dan M3 - yaitu bagaimana kita mengukur jumlah uang yang beredar?

Sebelum kita menjelaskan mengapa "Helicopter Money" menyebabkan perubahan besar, penting untuk memahami bagaimana ekonom mengukur jumlah uang dalam ekonomi.

M2 - adalah uang tunai yang beredar serta uang yang orang simpan di rekening pribadi dan deposito jangka pendek. Ini adalah modal yang mudah diubah menjadi uang tunai dan dibelanjakan.

M3 - adalah kategori yang lebih luas, mencakup tidak hanya M2, tetapi juga deposito jangka panjang dan aset keuangan lainnya yang dapat berfungsi sebagai uang.

Selama pandemi, jumlah uang yang beredar (M2 dan M3) meningkat puluhan persen. Dari mana uang ini berasal?

Pemerintah secara harfiah "menambahkan" uang tunai ke dalam ekonomi, memberikan subsidi kepada perusahaan dan dukungan untuk pekerja.

Bank sentral membeli obligasi, yang dalam praktiknya berarti "mencetak" uang baru.

Suku bunga yang sangat rendah membuat pinjaman menjadi sangat murah dan mudah diakses.

Bagaimana Helicopter Money mengubah ekonomi?

1. Ekonomi mendapatkan suntikan uang tunai

Pada awalnya, ini terlihat seperti penyelamatan. Perusahaan memiliki uang untuk gaji, orang-orang bisa berbelanja, dan bank mendapatkan likuiditas tambahan. Berkat ini, kita menghindari gelombang kebangkrutan dan pemecatan massal.

Tapi ada satu "tapi" - terlalu banyak uang yang beredar selalu menyebabkan masalah. Dan masalah ini mulai muncul dengan sangat cepat.

2. Suku bunga simpanan turun - bank tidak ingin simpanan Anda

Karena bank sudah memiliki banyak uang tunai, mereka tidak perlu bersaing untuk mendapatkan simpanan nasabah. Oleh karena itu, suku bunga simpanan mulai turun, hingga akhirnya mencapai hampir 0%.

Ini berarti bahwa menyimpan uang di bank tidak lagi menguntungkan. Orang-orang mencari alternatif - berinvestasi dalam real estat, pasar saham, dan bahkan cryptocurrency.

3. Pinjaman menjadi murah - hingga saatnya menjadi mahal

Pada fase pertama pandemi, pinjaman sangat murah. Bank dengan senang hati memberikannya, dan orang-orang secara massal mengambil pinjaman - terutama untuk perumahan. Apa efeknya?

Harga properti melambung tinggi.

Permintaan untuk pinjaman konsumsi juga meningkat.

Tapi kemudian situasinya berbalik. Ketika inflasi mulai lepas kendali, bank sentral harus bertindak. Solusinya adalah menaikkan suku bunga. Namun, ini menyebabkan masalah baru:

Angsuran pinjaman hipotek meningkat bahkan hingga puluhan persen.

Orang-orang yang dulunya dengan mudah mendapatkan pinjaman, tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk meminjam.

Bank mulai lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman.

Akibatnya, pasar pinjaman benar-benar runtuh.

Bagaimana Helicopter Money menyebabkan inflasi dan krisis kredit?

Dalam jangka pendek, "Helicopter Money" menyelamatkan ekonomi, tetapi seiring waktu, efeknya menjadi menyakitkan:

✔ Perusahaan tidak bangkrut, tetapi kelebihan uang menyebabkan inflasi meningkat.

✔ Simpanan menjadi tidak menguntungkan, memaksa orang untuk berinvestasi di tempat lain.

✔ Ledakan kredit menyebabkan kenaikan harga rumah, dan kenaikan suku bunga berikutnya menghantam peminjam.

Ini adalah contoh klasik situasi di mana solusi satu masalah menciptakan tantangan baru yang lebih sulit.

Apakah ini bisa dihindari? Tentu saja! Cukup bagi pemerintah dan bank sentral untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya - tetapi itu akan terlalu rumit. Mengapa mencari solusi kreatif, jika kita bisa dengan mudah membanjiri ekonomi dengan uang dan berpura-pura tidak ada masalah?

Dan sekarang hanya tinggal menunggu, sampai sejarah berulang. Karena jika Helicopter Money bekerja dengan "baik", mengapa tidak mengulangi eksperimen ajaib ini? Mungkin lain kali, untuk setiap pinjaman hipotek, mereka akan menyertakan payung gratis - untuk melindungi diri dari hujan uang tunai dan badai inflasi yang akan datang.

Bayangkan, bahwa ekonomi tiba-tiba terhenti. Perusahaan menutup pintunya, orang-orang kehilangan pekerjaan, dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Begitulah awal pandemi COVID-19. Pemerintah di seluruh dunia menghadapi tantangan besar - bagaimana mencegah kebangkrutan massal dan pengangguran? Jawabannya adalah sesuatu yang disebut ekonom sebagai "Helicopter Money", yaitu penyuntikan uang secara massal ke dalam sirkulasi.

Di Polandia, ini mengambil bentuk paket bantuan krisis, suku bunga nol, dan intervensi Bank Nasional Polandia (NBP), yang membeli obligasi untuk memastikan likuiditas keuangan. Sekilas, semuanya terlihat hebat - perusahaan mendapatkan bantuan, konsumen memiliki uang, dan ekonomi terhindar dari bencana. Tapi apakah benar demikian?

Sekarang, melihat ke belakang, kita melihat bahwa apa yang seharusnya menjadi penyelamatan juga membawa konsekuensi serius - suku bunga nol untuk simpanan, pinjaman yang mahal, dan inflasi yang secara drastis mengurangi daya beli uang kita.

Apa itu M2 dan M3 - yaitu bagaimana kita mengukur jumlah uang yang beredar?

Sebelum kita menjelaskan mengapa "Helicopter Money" menyebabkan perubahan besar, penting untuk memahami bagaimana ekonom mengukur jumlah uang dalam ekonomi.

M2 - adalah uang tunai yang beredar serta uang yang orang simpan di rekening pribadi dan deposito jangka pendek. Ini adalah modal yang mudah diubah menjadi uang tunai dan dibelanjakan.

M3 - adalah kategori yang lebih luas, mencakup tidak hanya M2, tetapi juga deposito jangka panjang dan aset keuangan lainnya yang dapat berfungsi sebagai uang.

Selama pandemi, jumlah uang yang beredar (M2 dan M3) meningkat puluhan persen. Dari mana uang ini berasal?

Pemerintah secara harfiah "menambahkan" uang tunai ke dalam ekonomi, memberikan subsidi kepada perusahaan dan dukungan untuk pekerja.

Bank sentral membeli obligasi, yang dalam praktiknya berarti "mencetak" uang baru.

Suku bunga yang sangat rendah membuat pinjaman menjadi sangat murah dan mudah diakses.

Bagaimana Helicopter Money mengubah ekonomi?

1. Ekonomi mendapatkan suntikan uang tunai

Pada awalnya, ini terlihat seperti penyelamatan. Perusahaan memiliki uang untuk gaji, orang-orang bisa berbelanja, dan bank mendapatkan likuiditas tambahan. Berkat ini, kita menghindari gelombang kebangkrutan dan pemecatan massal.

Tapi ada satu "tapi" - terlalu banyak uang yang beredar selalu menyebabkan masalah. Dan masalah ini mulai muncul dengan sangat cepat.

2. Suku bunga simpanan turun - bank tidak ingin simpanan Anda

Karena bank sudah memiliki banyak uang tunai, mereka tidak perlu bersaing untuk mendapatkan simpanan nasabah. Oleh karena itu, suku bunga simpanan mulai turun, hingga akhirnya mencapai hampir 0%.

Ini berarti bahwa menyimpan uang di bank tidak lagi menguntungkan. Orang-orang mencari alternatif - berinvestasi dalam real estat, pasar saham, dan bahkan cryptocurrency.

3. Pinjaman menjadi murah - hingga saatnya menjadi mahal

Pada fase pertama pandemi, pinjaman sangat murah. Bank dengan senang hati memberikannya, dan orang-orang secara massal mengambil pinjaman - terutama untuk perumahan. Apa efeknya?

Harga properti melambung tinggi.

Permintaan untuk pinjaman konsumsi juga meningkat.

Tapi kemudian situasinya berbalik. Ketika inflasi mulai lepas kendali, bank sentral harus bertindak. Solusinya adalah menaikkan suku bunga. Namun, ini menyebabkan masalah baru:

Angsuran pinjaman hipotek meningkat bahkan hingga puluhan persen.

Orang-orang yang dulunya dengan mudah mendapatkan pinjaman, tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk meminjam.

Bank mulai lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman.

Akibatnya, pasar pinjaman benar-benar runtuh.

Bagaimana Helicopter Money menyebabkan inflasi dan krisis kredit?

Dalam jangka pendek, "Helicopter Money" menyelamatkan ekonomi, tetapi seiring waktu, efeknya menjadi menyakitkan:

✔ Perusahaan tidak bangkrut, tetapi kelebihan uang menyebabkan inflasi meningkat.

✔ Simpanan menjadi tidak menguntungkan, memaksa orang untuk berinvestasi di tempat lain.

✔ Ledakan kredit menyebabkan kenaikan harga rumah, dan kenaikan suku bunga berikutnya menghantam peminjam.

Ini adalah contoh klasik situasi di mana solusi satu masalah menciptakan tantangan baru yang lebih sulit.

Apakah ini bisa dihindari? Tentu saja! Cukup bagi pemerintah dan bank sentral untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya - tetapi itu akan terlalu rumit. Mengapa mencari solusi kreatif, jika kita bisa dengan mudah membanjiri ekonomi dengan uang dan berpura-pura tidak ada masalah?

Dan sekarang hanya tinggal menunggu, sampai sejarah berulang. Karena jika Helicopter Money bekerja dengan "baik", mengapa tidak mengulangi eksperimen ajaib ini? Mungkin lain kali, untuk setiap pinjaman hipotek, mereka akan menyertakan payung gratis - untuk melindungi diri dari hujan uang tunai dan badai inflasi yang akan datang.

Show original content
Bagaimana pandemi mengubah uangmu – Apa hubungan antara pandemi, inflasi, dan cicilan kreditmu? kisah "Uang Helikopter"Bagaimana pandemi mengubah uangmu – Apa hubungan antara pandemi, inflasi, dan cicilan kreditmu? kisah "Uang Helikopter"

3 users upvote it!

0 answers